Jumat, 18 Desember 2015

Diam-Diam

Diam-diam aku rindu suasana kelas yang tak pernah sepi. Diam-diam aku rindu acara berjemur ria di lapangan voli. Diam-diam aku rindu ungkapan konyol yang setiap harinya mudah saja terlontar. Diam-diam aku rindu insiden payung melayang. Diam-diam aku rindu jam sastra. Diam-diam aku rindu pensi kita yang pertama dan terakhir, menuai hasil penuh hinaan sana-sini yang jadi momok biasa untuk kita. Diam-diam aku rindu memandangi piala milik kita yang sebelum mendapatkannya harus diberi julukan penuh kasih sayang dari bapak kepala suku. Diam-diam aku rindu membuat bunga kertas pada hari pahlawan dan guru juga ulang tahun ibu yuli ibu iis. Diam-diam aku rindu memakai seragam coklat kesayanganku itu. Diam-diam aku rindu memimpin lari di lapangan basket tiap jum'at siang. Diam-diam aku rindu phb dan segala isi cakranase. Diam-diam aku rindu ruangan mungil milik kami masa itu. Diam-diam aku rindu berdebat hebat dengan algojo jaman dinosaurus itu. Diam-diam aku rindu kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar